Saturday, June 29, 2013

Hubungan Antara Garam dan Penyakit Jantung

garam dan penyakit jantung

Garam dan penyakit jantung – Garam banyak digunakan sebagai pelengkap rasa makanan. Tanpa kehadirannya, makanan akan terasa hambar. Garam tak hanya digunakan sebagai bumbu dapur, tetapi juga sebagai tambahan dalam makanan kemasan dan minuman.

Di dalam tubuh, garam digunakan untuk mengatur kandungan air. Oleh karena itu, kadar garam di tubuh harus senantiasa dijaga agar tetap seimbang dan tidak dehidrasi.

Ekowati Rahajeng, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan mengatakan, pada dasarnya tubuh manusia hanya memerlukan sedikit asupan garam. Mengkonsumsi garam berlebih, akan mempengaruhi jumlah natrium dalam darah, sehingga turut meningkat. Inilah yang membuat rusaknya keseimbangan cairan dalam tubuh.

Di kondisi ini, cairan yang masuk ke dalam pembuluh darah akan mengecilkan pembuluh arteri. Alhasil, kerja jantung untuk memompa lebih kuat (meningkatkan tekanan darah atau hipertensi). Jika kondisi tersebut terus menerus terjadi, nantinya akan meningkatkan risiko serangan jantung bahkan stroke.

Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2009, sekitar 24,5 persen penduduk Indonesia telah mengkonsumsi garam berlebih. Angka ini meningkatkan risiko hipertensi menjadi 4,35 kali lipat.

Bukan hanya itu, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga dan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, di Indonesia kematian akibat hipertensi ada sekitar 31,7 persen dan jantung 7,2 persen.

Oleh karena itu, disarankan bagi Anda untuk membatasi pemakaian garam atau sodium. “Batasi konsumsi garam tidak lebih dari lima gram per orang per hari,” ujarnya.

Pilihlah garam beryodium, karena sifatnya tak sama dengan garam biasa yang dapat meningkatkan kadar garam di tubuh.

0 comments:

Post a Comment